Ubah Ubuntu 11.10 Menjadi Linux Mint 12

Sudah menjadi kebiasaan sesuatu yang baru datang tentu disambut dan dielu-elukan, begitupun generasi terbaru distribusi Linux Mint 12. Menjadi distro yang didasarkan pada rilis terbaru Ubuntu 11.10, Mint 12 tidak membawa antar muka Unity yang menjadi ciri khas Ubuntu masa kini. Sebagai penggantinya Linux Mint dilengkapi dengan Gnome shell, hasilnya, Mint 12 menjadi distribusi yang ringan dan dikatakan lebih bersahabat dari pada distro induknya.

 Ubuntu-Mint
Tutorial berikut mengajak Anda yang berminat untuk menyulap Ubuntu 11.10 menjadi mirip Linux Mint 12. Alih-alih mengganti sistem yang telah diinstall, tentu akan lebih baik jika kita mengoptimalkan sistem yang telah ada. Bukan sekedar mengubah tampilan, namun bagi Anda yang ingin menjadikan Ubuntu 11.10 berjalan lebih ringan dapat mempelajari bagian-bagian tutorial ini.
Pada beberapa bagian, tutorial ini akan menyentuh dasar-dasar desktop Ubuntu yang berisiko terjadi kesalahan. Oleh karenanya, artikel ini TIDAK ditujukan bagi pemula yang baru saja mengenal Linux khususnya Ubuntu atau yang baru pertama menggunakan sistem Linux sehingga belum cukup paham alur kerja yang dijabarkan dalam tutorial ini. Namun, sebagai bahan bacaan untuk melengkapi pengalaman tentu tidak ada larangan.

Ini juga dapat dijadikan sebagai langkah awal bagi Anda yang berminat untuk membuat distro berbasis remaster Ubuntu, sekurangnya hasil akhir dari langkah-langkah yang dilakukan telah menjadikan sistem berubah dari aslinya.

Pertama yang harus dilakukan adalah menginstall paket-paket yang dibutuhkan. Seperti telah kami sampaikan di atas, Mint 12 menggunakan Gnome shell sebagai antar muka, bukan Unity, sehingga paket yang perlu ditambahkan adalah paket "gnome-shell" dan "gnome-tweak-tool", dua paket tersebut wajib diinstall terlebih dahulu. Paket lain yang sangat disarankan untuk diinstall adalah "Synaptic" dan paket "Gdebi". Adapun cara menambahkan paket-paket tersebut dapat Anda temukan dalam tutorial "Cara Mudah Menggunakan Ubuntu 11.10 Oneiric Ocelot" yang telah kami sampaikan sebelumnya.

Pastikan komputer sudah terhubung ke internet, install paket gnome-shell menggunakan Ubuntu software center atau menginstallnya melalui terminal dengan memberi perintah "sudo apt-get install gnome-shell". Setelah Gnome shell berhasil diinstall, logout dari sesi saat ini. Pada layar login LightDM, pilih sesi GNOME dengan cara mengklik icon gear untuk menjalankan desktop Ubuntu menggunakan Gnome shell sebagai antar muka.

Setelah Gnome shell berhasil dijalankan, install paket Synaptic untuk kemudahan proses installasi paket yang dibutuhkan. Setelah Synaptic berhasil diinstall, jalankan applikasi tersebut lalu cari dan tandai untuk diinstall paket "gnome-tweak-tool" dan "gdebi"...

 Ubuntu-Mint

Paket-paket dasar yang dibutuhkan selesai kita install, kini saatnya melakukan perubahan sesuai tujuan untuk membuat Ubuntu 11.10 menjadi seperti Linux Mint 12. Untuk keperluan itu, paket "gnome-shell-extensions-common", paket "gnome-shell-extensions-user-theme", paket-paket Mint Gnome Shell Extension (MGSE), background Linux Mint 12 serta icon dan themenya perlu kita tambahkan. Kami telah mengumpulkan semua paket yang dibutuhkan tersebut, silahkan Anda mendownloadnya terlebih dahulu melalui link berikut;
Extract paket "shell-ext-mgse.tar.gz" sehingga Anda mendapatkan paket-paket biner gome-shell-extensions-common, gome-shell-extensions-user-theme dan paket-paket MGSE, kumpulkan semuanya dalam sebuah folder sesuai selera Anda. Install gome-shell-extensions-common dan gome-shell-extensions-user-theme lalu diikuti seluruh paket MGSE menggunakan Gdebi atau melalui terminal dengan memberi perintah "sudo dpkg -i gnome-shell-extensions*.deb mgse*deb"...

 Ubuntu-Mint

Extract paket "mint-backgrouns.tar.gz", "mint-icons.tar.gz" dan "mint-themes.tar.gz" sehingga Anda mendapatkan file-file gambar backgrouns Linux Mint 12, folder-folder icon serta theme Mint. Jalankan terminal lalu ketik "sudo nautilus" untuk menjalankan Nautilus sebagai root. Salin semua gambar background Linux Mint ke folder "/usr/share/backgrounds", salin semua folder icon Linux Mint ke folder "/usr/share/icons" lalu salin semua folder theme Linux Mint ke folder "/usr/share/themes"...

 Ubuntu-Mint

Tutup jendela Nautilus lalu reboot komputer. Login kembal kedalam sistem dengan sesi Gnome. Jalankan gnome-tweak-tool melalui dash dengan memilh applikasi "Advanced Settings". Pada jendela Advanced Setting yang telah terbuka, pilih bagian "Shell Extensions" lalu aktifkan semua paket shell extension yang telah Anda Install sebelumnya...

 Ubuntu-Mint

Dalam beberapa kasus, setelah mengaktifkan shell extension Anda perlu logout terlebih dahulu lalu login kembali kedalam sistem. Setelah login, jalankan kembali Advanced Settings, pilih bagian "Theme" lalu atur pada "Menus Have Icons" menjadi "ON", "Icon theme" menjadi "Mint-X-Dark", "GTK+ theme" menjadi "Mint-Z", "Window theme" menjadi "Adwaita" dan "Shell theme" menjadi "Mint-Z"...

 Ubuntu-Mint

Buka folder "/usr/share/backgrounds" lalu pilih salah satu gambar background Mint untuk dijadikan wallpaper...

 Ubuntu-Mint

Hasil akhir dari semua perubahan di atas menjadi seperti gambar-gambar berikut pada sistem yang kami gunakan...

 Ubuntu-Mint

 Ubuntu-Mint

 Ubuntu-Mint

 Ubuntu-Mint

 Ubuntu-Mint

Bagai mana? mirip dengan desktop Linux Mint 12 bukan?.. :D

Meringankan dan mengoptimalkan Ubuntu 11.10.

Menurut kami, Mint 12 menjadi lebih ringan dan optimal dibanding distro induknya karena memangkas sebagian fitur yang ada pada Ubuntu 11.10 dan menambahkan beberapa paket yang secara default tidak disertakan dalam Ubuntu. Dengan tidak menyertakan Unity, Mint 12 menjadi terasa lebih ringan karena tidak menjalankan efek-efek desktop 3D yang berat. Jika Anda menggunakan Linux Mint lalu menginstall dan menjalankan desktop Unity tentu akan terasa sama beratnya.. :)

Untuk melengkapi langkah-langkah me-Mint-kan Ubuntu 11.10, kita dapat menghapus paket-paket Unity dan unity 2d agar Ubuntu 11.10 menjadi lebih ringan dijalankan. Perlu di perhatikan, sebelum Anda menghapus paket-paket Unity dari sistem, sebaiknya backup dulu sistem yang digunakan sehingga saat terjadi kesalahan Anda dapat mengembalikan sistem seperti semula dengan mudah.

Dengan mudah kita dapat menghapus Unity dengan menggunakan filter pada Synaptic lalu menghapus paket-satu persatu. PENTING: "JANGAN menghapus dua paket dasar yang terkait dengan Unity yaitu "unity-greeter" dan "libunity6""...

 Ubuntu-Mint

Mengapa tidak boleh dihapus? karena jika unity-greeter dihapus, maka Anda tidak dapat login kedalam sistem sebab paket tersebut dibutuhkan oleh LightDM, setelah reboot Anda hanya akan mendapati layar gelap saja. Sedangkan kalau paket libunity6 dihapus maka sistem akan kehilangan sebagian fungsinya dasarnya, karena menghapus paket tersebut juga akan menghapus paket-paket inti seperti gnome-session, nautilus serta paket pendukung lainnya.

Terakhir, jika diperlukan Anda dapat mengganti background LightDM dengan background Linux Mint agar lebih sempurna...

 Ubuntu-Mint

Selamat mencoba...

Kembalikan Suara Startup Ubuntu 11.10 Yang Hilang

startup yang selalu ada pada versi sebelumnya. Padahal perangkat audionya berjalan baik, digunakan memutar audio dan lainnya juga berjalan lancar. Ada apakah gerangan?.

Startup Sound Ubuntu
Bagi kami, itu bukan sesuatu yang harus ada, namun demikian bunyi suara yang terdengar saat komputer dinyalakan itu mungkin menjadi bagian tersendiri dihati penggemarnya.. :) Ibarat empat sehat maka tidak menjadi lima sempurkan jika suara startup itu tidak ada lagi. Untuk mengembalikan suara startup Ubuntu 11.10 yang menghilang tersebut, silahkan ikuti panduan singkat berikut.
Pastikanlah pada installasi Ubuntu 11.10 yang Anda gunakan telah terinstall paket gnome-session-canberra, Anda dapat menggunakan Synaptic atau Ubuntu software center untuk memastikan paket tersebut telah ada. Normalnya seharusnya ada saat Ubuntu 11.10 diinstal, namun jika memang sudah tidak ada maka dengan cara mudah Anda dapat menginstallnya kembali dengan menjalankan terminal lalu memeberi perintah berikut; "sudo apt-get install gnome-session-canberra" tanpa tanda kutip.

Bagi Anda yang masih memiliki paket tersebut terinstall pada sistem maka tidak perlu menginstallnya kembali, cukup langsung mengikuti panduan berikut.

Jalankan terminal (Ctrl+Alt+t), lalu pada jendela yang telah terbuka, ketik atau copy paste perintah berikut...

sudo cp /usr/share/sounds/ubuntu/stereo/* /usr/share/sounds/

...tutup jendela terminal lalu logout dari sesi saat ini untuk menguji apakah suara startup sudah kembali.

Login kembali kedalam sistem, jika Anda beruntung maka apa yang hilang itu sudah dapat Anda dengarkan... ^_^

Selamat mencoba...

Beberapa kerugian Open Source

  1. Kurangnya SDM yang dapat memanfaatkan open source.
    Ketersediaan source code yang diberikan dapat menjadi sia-sia, jika SDM yang ada tidak dapat menggunakannya. SDM yang ada ternyata hanya mampu menggunakan produk saja, Jika demikian, maka tidak ada bedanya produk open source dan yang propriertary dan tertutup.
  2. Tidak adanya proteksi terhadap HaKI.
    Kebanyakan orang masih menganggap bahwa open source merupakan aset yang harus dijaga kerahasiannya. Hal ini dikaitkan dengan besarnya usaha yang sudah dikeluarkan untuk membuat produk tersebut. Karena sifatnya dapat di-abuse oleh orang-orang untuk mencuri ide dan karya orang lain.
  3. Kesulitan dalam mengetahui status project.
  4. Tidak ada garansi dari pengembangan.
  5. Limitasi modifikasi oleh orang – orang tertentu yang membuat atau memodifikasi sebelumnya.
  6. Untuk beberapa platform, contohnya JAVA yang memiliki prinsip satu tulis dan bisa dijalankan dimana saja, akan tetapi ada beberapa hal dari JAVA yang tidak competible dengan platform lainnya. Contohnya J2SE yang  SWT – AWT bridge-nya belum bisa dijalankan di platform Mac OS.
  7. Open Source digunakan secara sharing, dapat menimbulkan resiko kurangnya diferensiasi antara satu software dengan yang lain, apabila kebetulan menggunakan beberapa Open Source yang sama.

Beberapa keuntungan OpenSource :

  1.  Adanya hak untuk mendistribusikan modifikasi dan perbaikan pada code. 
  2.  Ketersediaan source code dan hak untuk memodifikasi Tidak disandera vendor. 
  3. Open source menggunakan format data terbuka, sehingga data menjadi transparan dan bisa dengan bebas diproses di sistem komputer yang berbeda-beda, sambil tetap menjaga keamananya. Dengan demikian, konsumen tidak lagi terikat pada kemauan vendor untuk dapat menggunakan data-datanya.
  4. Banyaknya tenaga (SDM) untuk mengerjakan proyek. Proyek open source biasanya menarik banyak developer, misalnya: pengembangan web server Apache menarik ribuan orang untuk ikut mengembangkan dan memantau. 
  5. Kesalahan (bugs, error) lebih cepat ditemukan dan diperbaiki. Hal ini dikarenakan jumlah developer-nya sangat banyak dan tidak dibatasi.Visual inspection (eye-balling) merupakan salah satu metodologi pencarian bugs yang paling efektif. Selain itu, source code tersedia membuat setiap orang dapat mengusulkan perbaikan tanpa harus menunggu dari vendor. 
  6. Kualitas produk lebih terjamin. Hal ini dikarenakan evaluasi dapat dilakukan oleh banyak orang, sehingga kualitas produk dapat lebih baik. Namun, hal ini hanya berlaku untuk produk open source yang ramai dikembangkan orang. Tidak selamanya open source dikembangkan oleh banyak orang, karena bisa juga dilakukan oleh individual. Lebih aman (secure). 
  7. Sifatnya yang terbuka membuat produk open source dapat dievaluasi oleh siapa pun. Public scrutinity merupakan salah satu komponen penting dalam bidang keamanan. Secara umum, open source memiliki potensi untuk lebih aman meskipun dia tidak terkendali secara otomatis. Namun, hal ini dapat tercapai, jika security by obscurity bukan tujuan utamanya. 
  8. Hemat biaya.Sebagian besar developer ini tidak dibayar/digaji. Dengan demikian, biaya dapat dihemat dan digunakan untuk pengeluaran yang tidak dapat ditunda, misal membeli server untuk hosting web. 
  9. Tidak mengulangi development. Pengulangan (re-inventing the wheel) merupakan pemborosan. Adanya source code yang terbuka membuka jalan bagi seseorang programmer untuk melihat solusi-solusi yang pernah dikerjakan oleh orang lain. Namun, pada kenyataannya tetap banyak pengulangan. 
  10. User dapat membuat salinan tak terbatas, menjual atau memberikan bebas hasil lisensi. 
  11. User dapat memodifikasi dan mengunci agar hanya kalangan terbatas yang dapat membaca kode dan memodifikasinya. 
  12. Mencegah software privacy yang melanggar hukum.

Apa itu Open Source ??

Jika diartikan menurut arti kata, – Open Source- dalam bahasa Indonesia berarti Kode Terbuka. Kode yang dimaksud disini bukanlah kode morse, ataupun kode barang, tetapi yang kode yang dimaksud disini adalah Kode Program. Kode Program yang dimaksud adalah perintah – perintah yang diketikkan berdasarkan logika yang benar. Suatu program dengan lisensi Open Source berarti program tersebut membuka Kode Programnya bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya, caranya dengan menyertakan kode program bersama dengan distribusi paket program yang sudah jadi (hasil kompilasi). Dengan penyertaan kode program tersebut, pembeli atau pengguna program dapat membedah program tersebut, melakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhannya, bahkan memperbaiki -Bug- atau kesalahan logika dalam program tersebut. Contoh program yang Open Source adalah Linux. Dalam setiap distribusinya vendor Linux juga menyertakan Kode Program Linux. Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa program / software yang Open Source tidak selalu tersedia secara gratis. Tetap ada biaya yang dikeluarkan untuk membeli program tersebut. Contoh, misalnya Sistem Operasi RedHat Linux, program Linuxnya tetap dibeli dengan harga yang murah. Lalu, apa bedanya Open Source dengan -Closed Source- Pada program yang -Closed Source-, paket program tidak dapat didistribusikan lagi selain oleh pembuat / vendor program tersebut. Jika ada distribusi yang bukan oleh vendor program tersebut, maka itu dianggap sebagai pembajakan software. Atau dengan kata lain program yang -Closed Source- tidak dapat didistribusikan secara bebas, kecuali oleh vendor program tersebut. Sedangkan software yang Open Source, dapat didistribusikan secara bebas oleh siapapun. Paket program juga dapat digandakan secara bebas. Tujuan Open Source sebenarnya adalah ingin menghilangkan ketergantungan terhadap vendor program, dimana vendor bisa saja bertindak seenaknya. Dalam program yang -Closed Source- vendor bisa saja menyisipkan kode – kode yang mungkin dapat membahayakan pengguna program, dan menghilangkan privasi pengguna. Selain itu, Open Source juga bertujuan menyediakan software yang mudah dijangkau oleh masyarakat luas, dan menghindari pengerukan keuntungan yang berlebihan oleh vendor. Bagi kalangan IT khususnya di Indonesia, dengan adanya software yang Open Source dapat mendorong semangat untuk mengembangkan program bagi tenaga – tenaga TI di Indonesia. Sebab dengan mempelajari kode program, dapat dianalisa dimana kelemahan program, apa sesungguhnya proses yang berlangsung dalam kerja program, dan sekaligus mencari solusi terhadap kelemahan program yang ditemui. Atau yang lebih extreem adalah memodifikasi program sedemikian rupa agar lebih ergonomis / pas digunakan sesuai dengan keperluan. Sebagai tenaga yang bergerak di bidang TI, tentunya kita tidak boleh hanya menjadi End User yang hanya mampu memanfaatkan hasil kerja orang lain. Sebab dengan demikian sampai selama – lamanya bidang TI kita akan tertinggal dari negara – negara lain. Kalau hanya ingin menjadi End User, untuk apa kita susah – susah membuang waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk menjadi S.Kom ???? Kalau memang hanya ingin menjadi End User lebih efektif dan efisien mengikuti kursus. Hal inilah yang masih belum disadari oleh kebanyakan Pengajar maupun mahasiswa bidang Teknologi Informasi di Indonesia. Seorang S.Kom bukan dipersiapkan untuk menjadi pengguna, melainkan dipersiapkan untuk menjadi Analis Sistem yang dapat merancang baik software maupun hardware. Dengan menggunakan program yang Open Source bukankah telah terbuka jalan yang sangat lebar untuk menuju ke arah tersebut ????? Dengan mempelajari kode program yang Open Source kita dapat menganalisa teknik yang digunakan dalam pembuatan software tersebut, yang nantinya pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk merancang aplikasi yang berguna ????? Harus diakui bahwa jika kita bekerja sebagai Software Developer yang Open Source, akan mengurangi jumlah pendapatan yang akan diterima jika dibandingkan dengan Software Developer yang -Closed Source-, sebab software yang kita buat dapat di distribusikan secara bebas oleh orang lain tanpa membayar lisensi kepada kita. Namun, ada yang jauh lebih berarti dibandingkan dengan uang tersebut. Yaitu Perbuatan Amal. Dengan mengeluarkan program yang Open Source, dimana pengguna dapat melihat, mempelajari, dan memodifikasi Kode Program, dapat dibayangkan berapa banyak orang yang memperoleh pengetahuan dari program kita, berapa banyak mahasiswa yang dapat meningkatkan kemampuannya dengan mempelajari software yang kita buat. Belum lagi umpan balik yang diberikan oleh pengguna yang mengetahui kelemahan program kita dan memberikan solusinya, yang dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan kita. Lagipula, vendor seperti RedHat yang selama ini bergerak sebagai Software Developer yang Open Source tidak menjadi bangkrut malahan semakin maju. Mengapa ????? Sebab, pengguna yang awam dengan sistem komputer tetap akan menghubungi vendor program jika terjadi masalah dengan program. Karena mereka menganggap bahwa vendor tentu lebih memahami programnya dibandingkan dengan teknisi yang lain. Namun, pilihan untuk mengikuti Open Source atau tidak tetap bergantung pada diri kita masing – masing. Seandainya anda berkeinginan menjadi Software Developer yang kaya raya seperti Bill Gates, mungkin anda memilih menjadi Software Developer yang -Closed Source-. Sebaliknya, jika anda adalah seorang yang senang berbagi ilmu dan pengalaman tentunya anda lebih senang menjadi Software Developer yang Open Source, namun itu tentunya kemungkinan kecil dapat menjadikan anda sekaya Bill Gates. Well, pilihan tetap berada pada diri kita masing – masing.

Cara Install Ubuntu di Flasdisk

  Menginstall Ubuntu Pada Flash Disk (Mode Normal)

Suatu ketika kami telah menyampaikan cara menginstall Ubuntu kedalam Flash disk dengan bantuan aplikasi Startup disk creator. Meski dengan cara tersebut kita dapat melakukan penyimpanan perubahan, namun cara tersebut tidak sungguh-sungguh melakukan installasi Ubuntu kedalam flash disk dan lebih tepat jika disebut membuat Installer Ubuntu dalam flash disk.

Install Ubuntu dalam Flash disk
Pada tutorial ini, kami menginstall Ubuntu 11.10 kedalam flash disk seperti layaknya menginstall Ubuntu kedalam hardisk secara normal. Sitem Ubuntu dalam FD tersebut besifat portable sehingga bisa dijalankan bukan hanya dalam satu PC saja. Karena merupakan installasi normal, paket-paket yang diinstall dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan dan tentu sesuai dengan ruang yang tersedia.
Untuk menginstall Ubuntu 11.10 sekurangnya diperlukan sebuah FD berkapasitas 4GB lebih besar tentu lebih baik. Dalam contoh ini, kami menggunakan FD berkapasitas 8GB sehingga memiliki keleluasaan untuk menyusun partisi sesuai kebutuhan.



Selain sebuah flash disk seperti yang telah kami kemukakan di atas, sebuah PC dengan memori sekurangnya 1GB dan tentu CD/DVD drive lengkap dengan installer Ubuntu 11.10 versi desktop juga harus tersedia.

Sebelum memulai installasi sebaiknya lepas semua koneksi hardisk yang ada dalam PC sehingga nantinya yang terbaca saat installasi hanyalah flash disk yang digunakan saja. Putuskan koneksi internet jika tersedia karena itu akan memperlambat proses installasi serta mempersiapkan diri untuk bersabar karena proses installasi pada flash disk ini akan berjalan cukup lama dibandingkan jika menginstallnya pada hard disk.

Pastikan flash disk dalam keadaan kosong atau tidak terdapat file dan data penting lainnya karena akan dilakukan pemformatan. Tancapkan Flash disk lalu jalankan Ubuntu sebagai live CD/DVD desktop. Mulai menginstall Ubuntu 11.10 dengan menjalankan Ubiquity melalui shortcut "Install Ubuntu 11.10" yang ada di desktop. Lanjutkan proses-proses installasi hingga Ubuntu mendeteksi ketersediaan media installasi yang dibutuhkan...

Install Ubuntu dalam Flash disk

Dalam contoh ini kami menyusun partisi secara manual dalam flash disk berkapasitas 8GB dengan pembagian sebagai berikut; Partisi pertama berkapasitas sekita 2.5GB diformat sebagai FAT32 digunakan sebagai partisi pertukaran data supaya dapat dibaca oleh sistem operasi lainnya, Partisi kedua berkapasitas sekitar 5GB diformat sebagai ext4 digunakan sebagai partisi "/" dan sisanya sekitar 250MB diformat sebagai "swap area" digunakan sebagai partisi swap. Bagi Anda yang menggunakan flash disk berkapasitas 4GB maka cukup membuat sebuah partisi berformat ext4 yang nantinya digunaka sebagai partisi "/". Saat pertama dibaca, biasanya sebuah FD telah memiliki sebuah partisi berformat FAT32, hapus lebih dulu partisi tersebut sehingga mendapatakan sebuah free space...

Install Ubuntu dalam Flash disk

Selanjutnya susun semua partisi yang ingin Anda buat, jika Anda ingin membuat partisi FAT32 supaya dapat dibaca oleh Windows, letakkan partisi tersebut di urutan pertama (sda1) jangan meletakkannya diurutan lain...

Install Ubuntu dalam Flash disk

Install Ubuntu dalam Flash disk

Install Ubuntu dalam Flash disk

Selesai menyusun partisi lanjutkan installasi sebagaimana mestinya. Proses installasi ini akan berjalan cukup lama. PERINGATAN: Jangan menghentikan proses, men-skip, mencabut FD atau mematikan PC sebelum installasi diselesaikan karena akan menyebabkan kegagalan instalasi dan berpotensi merusak FD yang Anda gunakan...

Install Ubuntu dalam Flash disk

Install Ubuntu dalam Flash disk

Installasi selesai, Anda dapat memilih untuk merestart PC saat itu juga atau tetap menjalankan live CD/DVD dan merestartnya nanti...

Install Ubuntu dalam Flash disk

Kami memilih untuk tetap menjalankan live CD/DVD dan memeriksa installasi yang ada dalam flash disk...

Install Ubuntu dalam Flash disk

Untuk memeriksa berhasil atau tidaknya installasi Ubuntu 11.10 dalam flash disk, reboot komputer, keluarkan CD/DVD dan biarkan PC booting melalui USB (seharusnya dukungan untuk boot melalui USB telah Anda aktifkan lebih dulu melalui bios). Jika berhasil, Anda dapat mulai mengatur koneksi internet baik dengan LAN maupun modem dan menambahkan paket-paket yang dibutuhkan seperti Gaparted, Ubuntu Tweak, gddrescue dan lainnya.

Ini adalah partisi flash disk dalam installsi Ubuntu 11.10 yang telah kami buat jika dilihat dengan Gparted...

Install Ubuntu dalam Flash disk

Dengan logika yang sama dan jika perangkat yang digunakan memungkinkan, kita dapat menginstall Ubuntu kedalam flash disk melalui virtual mesin semacam Oracle VM VirtualBox.


sumber http://bojalinuxer.blogspot.com/2012/01/menginstall-ubuntu-pada-flash-disk-mode.html